Kota
adalah simbol peradaban tinggi rendahnya sebuah peradaban manusia dapat dilihat
dari kompleksifitas fisik dan struktur sosial sebuah kota. Dari proses dan
pelakunya dihasilkan kondisi fisik kota yang berpengaruh pada kondisi sosial
ekonomi masyarakat. Keadaan ini yang menjadikan kajian terhadap model struktur
kota. Ada lima model yang utama dalam mengkaji struktur kota yaitu :
1.
Model
Pemusatan Burgees
Dasar dari modelnya adalah perkembangan sosial-ekonomi
penduduk kota. Beberapa Asumsi yang dipakai Burgess adalah : Kota dibangun di
daerah dataran; sistim transportasi tidak rumit, murah, mudah dan cepat ke
segala arah; nilai tanah tertinggi di pusat kota dan menurun semakin jauh dari
pusat kota; bangunan tua berada di dekat pusat kota; penduduk miskin harus
tinggal di dekat pusat kota karena mereka tidak mampu membayar biaya
transportasi. Tidak terjadi konsentrasi industri berat.
2. Model
Sektor Hoyt
Beberapa asumsi yang dilakukan Burgess (1924) juga
digunakan Hoyt (1939). Ia menambahkan pula asumsinya sendiri, yakni: orang kaya
akan memilih tempat-tempat terbaik; pemukim kaya bisa membayar biaya
transportasi untuk menjauhi daerah industri; penggunaan tanah tertentu akan
menarik jenis yang sama.
Masih ada model-model lainnya seperti Model Sektor
Hoyt, Model Struktur Urban Mann, Model Multi-Pusat Ullman -Harris, dan Model
Nilai Tanah.
Sesuai
dengan Konsep Von Thunen bahwa sewa tanah mempengaruhi jenis kegiatan pada lokasi
tertentu masih tetap berlaku dan hal ini mendorong terjadinya kegiatan
tertentu. Von Thunen menggunakan contoh sewa tanah untuk pertanian, tetapi
banyak ahli studi berpendapat bahwa teori ini juga relevan untuk sewa atau
penggunaan lahan di perkotaan.
Penggunaan
lahan memang berbeda-beda pada setiap kota. Namun, saat ini kota cenderung
didominasi kegiatan perdagangan dan jasa di daerah pusat, sedikit kea rah luar
digunakan untuk kegiatan industry kerajinan (home industry) dan juga perumahan rendah dan sedang. Perumahan
mewah justru ke arah luar lagi karena mengutamakan kenyamanan. Industri besar
umumnya berada di luar kota karena banyak pemerintah kota yang melarang
industri besar dan berpolusi mengambil lokasi di dalam kota.
Perkembangan
dari Teori Von Thunen adalah selain harga tanah tinggi di pusat kota dan akan
makin menurun apabila makin menjauh dari pusat kota, harga tanah makin tinggi
pada jalan-jalan utama. Demikian yang terjadi terhadap lahan yang ada di daerah
perkotaan, dimana nilai sewa atau beli lahan tersebut. Kelangkaan lahan di
kota-kota besar dapat ditujukan oleh banyak sekali toko-toko yang terletak di
pusat kota dengan biaya sewa atau beli tanahnya lebih mahal dari biaya sewa
atau beli rumah yang jauh dari pusat perkotaan. Bahkan harga lahan di pusat
kota selalu naik mengikuti perkembangan yang terjadi dari tahun ketahun.
Jadi implikasi Teori Von Thunen
pada zona lahan dan struktur kota adalah zona lahan pada pusat kota biasanya
digunakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Selain itu harga sewa tanah di
perkotaan semakin mahal harga sewa atau beli lahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar